xmlns:fb='http://www.facebook.com/2008/fbml'> Warung Hikmah: Adab Menuntut Ilmu

22 Jan 2015

Adab Menuntut Ilmu


Untuk mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah tentu tidak hanya mengandalkan kerja keras dalam belajar, tentu kita harus berdoa dan beradab dalam menuntut ilmu. Banyak orang pintar pada masa sekolah tetapi mendapatkan pekerjaan yang tidak layak. Itu bisa jadi adab dalam menuntut ilmu kurang baik, sehingga ilmunya tidak barokah. Tetapi bukan berarti orang semasa sekolah pintar lalu seret di karis itu kurang beradab. Kejadian seperti itu bisa jadi hanya ujian. Tetapi adab dalam menuntut ilmu sangat mempengaruhi turunnya barokah dari Allah SWT. Berikut adab dalam menuntut ilmu yang saya rangkum dari kitab Ta'limul Muta'alim ( Syekh Az-Zarnuji )
   A.   Mengagungkan ilmu
Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya. Ada dikatakan: ”Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. Tidaklah anda telah tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah”.


B.   Mengagungkan Guru
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata: "Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya."
Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu. Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : "bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti."
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk
di  tempatnya,  memulai  mengajak  bicara  kecuali  atas  perkenan  darinya,
berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang
membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan
amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan
agama,  sebab  orang  tidak  boleh  taat  kepada  makhluk  dalam  melakukan
perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati
guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut
dengannya.
Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila terpaksa. Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat mengagungkan sang guru.
C.     Memulyakan Kitab
Termasuk  arti  mengagungkan  ilmu,  yaitu  memulyakan  kitab,  karena  itu, sebaiknya pelajar jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci. Hikayat, bahwa Syaikhul islam Syamsul Aimmah Al-Khulwaniy pernah berkata : "Hanya saya dapati ilmu ilmuku ini adalah dengan mengagungkan. Sungguh, saya mengambil kertas belajarku selalu dalam keadaan suci.
Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali pelajaran-pelajarnnya yang terdahulu, kebetulan terkena sakit perut. Jadi sering kentut. Untuk itu ia melakukan 17 kali berwudlu dalam satu malam tersebut,  karena  mempertahankan  supaya  belajar  dalam  keadaan  suci. Demikianlah sebab ilmu itu cahaya, wudhupun cahaya. Dan cahaya ilmu akan semakin cemerlang bila dibarengi cahaya berwudlu.
Termasuk   memulyakan   yang   harus   dilakukan,   hendaknya   jangan membentangkan kaki kearah kitab. Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain, dan jangan sampai menaruh sesuatu diatas kitab. Guru kita Burhanuddin pernah membawakan cerita dri seorang ulama yang mengtakan ada seoranag ahli fikih meletakan botol tinta di atas kitab. Ulama itu sraya berkata : "Tidak bermanfaat ilmumu.
Guru kita Qodli Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodli Khan pernah berkata: "Kalau yang demikian itu tidak dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah. Namun lebih baiknya disingkiri saja." Termasuk pula arti mengagungkan, hendak menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali terpaksa harus dibuat begitu. Abu hanifah pernah mengetahui seorang yang tidak jelas tulisannya, lalu ujarnya: "Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kau kalau ada umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki." Maksudnya, jika kau semakin tua dan matamua rabun, akan menyesali perbuatanmua sendiri itu. Diceritakan dari Syaikhul Imam Majduddin Ash-Shorhakiy pernah berkata: "Kami menyesal;I tulisan yang tidak jelas, catatan kami yang pilih-pilih dan pengetahuan yang tidak kami bandingkan dengan kitab lain."
Sebaiknya format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu Hanifah. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan dan di muthalaah kembali.
D.    Menghormati Teman
Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu. Malah sebaliknya di sini bercumbu rayu degnan guru dan teman sebangku pelajarannya.
E.     Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah
               Hendaknya penuntut ilmu memperhatikan segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu mengagungkan dan menghormati, sekalipun masalah yang itu-itu saja telah ia dengar seribu kali. Adalah dikatakan : "Barang siapa yang telah mengagungkannya setelah lebih dari 1000 kali tidak sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk ahli ilmu."
F.      Menyingkiri Akhlak Tercela


Pelajar selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk itu ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda: "Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing". Padahal orang belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap takabur dan sombong. 
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar