Untuk mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah
tentu tidak hanya mengandalkan kerja keras dalam belajar, tentu kita harus
berdoa dan beradab dalam menuntut ilmu. Banyak orang pintar pada masa sekolah
tetapi mendapatkan pekerjaan yang tidak layak. Itu bisa jadi adab dalam
menuntut ilmu kurang baik, sehingga ilmunya tidak barokah. Tetapi bukan berarti
orang semasa sekolah pintar lalu seret di karis itu kurang beradab. Kejadian
seperti itu bisa jadi hanya ujian. Tetapi adab dalam menuntut ilmu sangat
mempengaruhi turunnya barokah dari Allah SWT. Berikut adab dalam menuntut ilmu
yang saya rangkum dari kitab Ta'limul Muta'alim ( Syekh Az-Zarnuji )
A. Mengagungkan ilmu
Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu
dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati
keagungan gurunya. Ada dikatakan: ”Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena
mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. Tidaklah anda telah tahu,
manusia tidak menjadi kafir karena
maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah”.
B.
Mengagungkan Guru
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali
ra berkata: "Sayalah menjadi hamba sahaya
orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap
menjadi hambanya."
Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam
kehidupan agamamu. Guru
kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : "bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah
suka memelihara, memulyakan, mengagungkan,
dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata
bukan putranya yang alim, maka
cucunyalah nanti."
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk
di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya,
berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya,
berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela,
menjauhkan
amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan
agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan
perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati
guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut
dengannya.
amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan
agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan
perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati
guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut
dengannya.
Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya,
selain bila terpaksa. Duduklah
sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat mengagungkan sang guru.
Termasuk arti
mengagungkan ilmu, yaitu
memulyakan kitab, karena
itu, sebaiknya pelajar jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan
suci. Hikayat, bahwa Syaikhul islam Syamsul Aimmah Al-Khulwaniy pernah berkata
: "Hanya saya dapati ilmu ilmuku ini adalah dengan mengagungkan. Sungguh,
saya mengambil kertas belajarku selalu dalam keadaan suci.
Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali pelajaran-pelajarnnya yang terdahulu, kebetulan terkena
sakit perut. Jadi sering kentut. Untuk itu
ia melakukan 17 kali berwudlu dalam satu malam tersebut, karena mempertahankan supaya
belajar dalam keadaan
suci. Demikianlah sebab ilmu itu cahaya, wudhupun cahaya. Dan
cahaya ilmu akan semakin cemerlang bila
dibarengi cahaya berwudlu.
Termasuk memulyakan yang
harus dilakukan, hendaknya
jangan membentangkan kaki
kearah kitab. Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain, dan jangan sampai menaruh sesuatu diatas
kitab. Guru kita Burhanuddin pernah membawakan cerita dri seorang ulama yang mengtakan ada seoranag ahli fikih meletakan
botol tinta di atas kitab. Ulama itu sraya berkata : "Tidak bermanfaat ilmumu.
Guru kita Qodli Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodli Khan pernah berkata: "Kalau yang demikian itu tidak
dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah. Namun lebih baiknya disingkiri saja." Termasuk pula arti mengagungkan, hendak
menulis kitab sebaik mungkin. Jangan
kabur, jangan pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali
terpaksa harus dibuat begitu. Abu hanifah pernah
mengetahui seorang yang tidak jelas tulisannya, lalu ujarnya: "Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kau kalau
ada umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki."
Maksudnya, jika kau semakin tua dan matamua
rabun, akan menyesali perbuatanmua sendiri itu. Diceritakan dari Syaikhul Imam Majduddin Ash-Shorhakiy pernah
berkata: "Kami menyesal;I tulisan
yang tidak jelas, catatan kami yang pilih-pilih dan pengetahuan yang tidak kami bandingkan dengan kitab lain."
Sebaiknya format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu Hanifah. Dengan format
tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan dan di muthalaah kembali.
D.
Menghormati
Teman
Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar. Bercumbu rayu itu tidak
dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu. Malah sebaliknya di sini bercumbu rayu degnan guru dan teman
sebangku pelajarannya.
Hendaknya
penuntut ilmu memperhatikan segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu mengagungkan dan menghormati, sekalipun
masalah yang itu-itu saja telah ia dengar seribu kali. Adalah dikatakan :
"Barang siapa yang telah mengagungkannya
setelah lebih dari 1000 kali tidak sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk ahli ilmu."
F.
Menyingkiri
Akhlak Tercela
Pelajar
selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk itu ibarat anjing. Rasulullah saw
bersabda: "Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya
terdapat gambar atau anjing". Padahal orang belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri
adalah sikap takabur dan sombong.