A. PENGELASAN
LEBUR / FUSI
1.
Pengelasan
Busur
Pengelasan busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan
logam dicapai dengan menggunakan panas dari busur listrik.Busur listrik
timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam rangkaian,
dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut mengalami
ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan busur,
elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam
jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan
suhu 10.000 o F (5500o C) atau lebih, cukup panas untuk melebur logam. Genangan
logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi (bila digunakan),
terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses pengelasan busur, logam
pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah volume dan kekuatan sambungan
las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan, genangan las-an
cair membeku dalam jaluran yang berombak.
Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat
dilakukan secara manual atau dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan
mesin, pengelasan automatik, pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan
busur dilakukan secara manual, kualitas las-an sangat tergantung kepada
ketrampilan pengelas.
Produktivitas dalam pengelasan busur sering diukur
sebagai waktu busur (arc time), yaitu :
Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja
Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20
%. Waktu busur bertambah sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan
robotik.
a.
Teknologi Pengelasan Busur
Sebelum
menjelaskan proses pengelasan busur secara individual, terlebih dulu akan
dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai proses ini, seperti :
ü elektrode,
ü
pelindung busur (arc shielding), dan
ü
sumber daya dalam pengelasan busur.
Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai
v
Elektrode
terumpan (consumable electrodes)
Elektrode berbentuk batang atau kawat yang diumpankan
sebagai logam pengisi dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya
sekitar 9 sampai 18 in. (225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau
kurang. Kelemahan dari elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus
diganti secara periodik, sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan.
Elektrode bentuk kawat memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan
secara kontinu karena kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan
dengan elektrode bentuk batang. Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk
kawat kedua-duanya diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke
sambungan las-an sebagai logam pengisi.
v
Elektrode tak
terumpan (nonconsumable electrodes).
Elektrode tak
terumpan; dibuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari bahan grafit, yang
dapat tahan terhadap peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak
diumpankan, tetapi secara bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip
dengan keausan bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk
proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi
harus diumpankan secara terpisah ke genangan las-an.
Pelindung
busur; pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang disambung sangat
mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara bebas. Reaksi
ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk melindungi
pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas pelindung
dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan las-an cair,
sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar sampai logam las-an
tersebut menjadi padat.
Gas pelindung,
digunakan gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous
yang dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan karbon
dioksida, biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi
las-an dari udara luar atau untuk mengendalikan bentuk las-an.
Fluks,
digunakan untuk mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama
proses pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan
melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan
harus dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk
melakukan beberapa fungsi, seperti :
v
Memberikan perlindungan pengelasan
terhadap pengaruh udara luar,
v
untuk menstabilkan busur, dan
v
untuk mengurangi terjadinya percikan.
Metode
pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat
dilakukan dengan cara :
•
Menuangkan butiran fluks pada operasi
pengelasan,
•
menggunakan elektrode batang yang
dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut akan melebur selama pengelasan untuk
menutup operasi, dan
•
menggunakan fluks yang ditempatkan
dalam inti elektrode tabular dan fluks dilepaskan pada saat elektrode
diumpankan.
Sumber daya dalam pengelasan busur, dapat berupa :
Ø
Arus searah (direct current, DC), atau
Ø
arus bolak-balik (alternating current,
AC).
Mesin las yang menggunakan arus bolak-balik lebih murah
harga dan biaya pengoperasiannya, tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya
untuk pengelasan logam ferrous. Mesin las yang menggunakan arus searah dapat
dipakai untuk semua jenis logam dengan hasil yang baik dan umumnya busur
listrik dapat dikendalikan dengan lebih baik pula.
Dalam semua proses pengelasan, daya yang digunakan untuk
menjalankan pengoperasian dihasilkan dari arus listrik I yang melewati busur
dan tegangan E. Daya ini dikonversikan menjadi panas, tetapi tidak semua panas
ditransfer ke permukaan benda kerja, karena adanya kebocoran daya dalam
penghantar, adanya radiasi, percikan nyala api, dan sebagainya sehingga
mengurangi jumlah panas yang dapat dimanfaatkan. Efisiensi transformasi panas
(heat tranfer efficiency) f1 berbeda untuk setiap proses pengelasan busur.
Pengelasan dengan menggunakan elektrode terumpan memiliki efisiensi yang lebih
besar dibandingkan dengan elektrode tak terumpan, karena sebagian besar panas
yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan benda kerja. Sedang
pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode tak terumpan memiliki
efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting efficiency)f2 selanjutnya
mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang dihasilkan
dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan:
HRw = f1 f2 I E = Um Aw v
dimana :
E = tegangan,V
I = arus, A;
HRw laju pembentukan panas pada las-an (rate
of heat generation at the weld), Watt atau Joule/sec. atau Btu/sec.
Catatan : 1 Btu = 1055 J
Um = energi peleburan logam (melting enrgy for metal), Btu/in3.
Aw
= luar permukaan las-an,
mm2 atau in2
v
= kecepatan gerak
pengelasan, mm/sec. atau in/min.
Laju volume pengelasan logam (volume rate of metal
welded, MVR), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
MVR = HRw / Um , in.3/sec.
1) Proses
Pengelasan Elektrode Terumpan
Pengelasan
elektrode terumpan adalah proses pengelasan dimana pada saat terjadi busur
listrik elektrode ikut mencair dan berfungsi sebagai logam pengisi. Terdapat
beberapa pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan, seperti antara
lain :
ü Pengelasan busur
elektrode terbungkus (shielded metal arc welding, SMAW),
ü
pengelasan busur logam gas (gas metal
arc welding, GMAW),
ü
pengelasan busur inti-fluks (flux-cored
arc welding, FCAW),
ü
pengelasan elektrogas (electrogas
welding, EGW),
ü
pengelasan busur rendam (submerged arc
welding, SAW).
a)
Pengelasan busur elektrode terbungkus
Pengelasan ini
menggunakan batang elektrode yang dibungkus dengan fluks.Panjang batang
elektrode biasanya sekitar 9 sampai 18 in (230 sampai 460 mm) dan diameter 3/32
sampai 3/8 in. (2,5 sampai 9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan sebagai batang
elektrode harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisinya biasanya
sangat dekat dengan komposisi yang dimiliki logam dasar. Lapisan pembungkus
terdiri dari serbuk selulose yang dicampur dengan oksida, karbonat, dan
unsur-unsur yang lain kemudian disatukan dengan pengikat silikat. Serbuk logam
kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menambah logam
pengisi dan menambah unsur-unsur paduan (alloy). Selama proses pengelasan bahan
fluks yang digunakan untuk membungkus elektrode, akibat panas busur listrik,
mencair membentuk terak yang kemudian menutupi logam cair yang menggenang di
tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.
Pemindahan
logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair membentuk butir-butir
yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Arus listrik yang digunakan
sekitar 30 sampai 300 A pada tegangan 15 sampai 45 V. Pemilihan daya yang
digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, jenis dan panjang elektrode,
serta dalam penetrasi las-an yang diinginkan.
b) Pengelasan
busur logam gas
Pengelasan ini merupakan proses pengelasan busur yang
menggunakan elektrode terumpan dalam bentuk kawat.Selama proses pengelasan berlangsung, gas dihembuskan ke
daerah las-an untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap
atmosfir. Diameter kawat yang digunakan berkisar antara 1/32 sampai ¼ in.
(0,8 sampai 6,4 mm), tergantung pada ketebalan bagian logam yang akan
disambung. Gas pelindung yang digunakan adalah gas mulia seperti argon, helium,
dan karbon dioksida. Pemilihan gas yang akan digunakan tergantung pada logam
yang akan dilas, dan juga faktor-faktor yang lain. Gas mulya digunakan untuk
pengelasan paduan aluminium dan baja anti karat, sedang CO2 biasanya digunakan
untuk pengelasan baja karbon rendah atau medium.
Pengelasan busur logam gas banyak digunakan dalam pabrik
untuk mengelas berbagai jenis logam ferrous dan nonferrous.
Keuntungan pengelasan busur logam gas dibandingkan
pengelasan manual adalah :
·
Waktu busur lebih besar,
·
pengelasan biasanya dilakukan secara
automatis,
·
sampah sisa logam pengisi jauh lebih
sedikit,
·
terak yang ditimbulkan lebih sedikit karena
tidak memakai fluks,
·
laju pengelasan lebih tinggi, dan
·
kualitas daerah las-an sangat baik.
c) Pengelasan
busur inti-fluks
Proses
pengelasan busur ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan elektrode
terbungkus yang memiliki panjang batang terbatas. Pengelasan busur inti-fluks
menggunakan elektrode tabung dengan inti fluks dan ditambah unsur-unsur lain.
Unsur-unsur lain yang ditambahkan dalam inti fluks tersebut adalah :
·
Unsur-unsur deoksidiser, dan
·
unsur-unsur pemadu (alloying).
Kawat inti-fluks tabular sangat lentur/fleksibel sehingga
dapat digulung dan diumpankan secara kontinu melalui pistol las busur (arc
welding gun.Terdapat dua
jenis pengelasan busur inti-fluks, yaitu :
Ø
Pelindung sendiri (self shielded), dan
Ø
pelindung gas (gas shielded).
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung sendiri di
dalam inti kawat terdapat fluks dan unsur lain yang dapat menghasilkan gas
untuk melindungi busur dari pengaruh atmosfir.
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung gas, di
dalam inti kawat tidak ditambahkan unsur penghasil gas. Gas pelindung
ditambahkan secara terpisah, sama seperti pada pengelasan busur logam
gas.
Keuntungan pengelasan inti-fluks, adalah :
Ø
Elektrode dapat diumpankan secara
kontinu, dan
Ø
kualitas las-an sangat baik, sambungan las-an
halus dan seragam.
d) Pengelasan
elektrogas
Pengelasan
elektrogas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan
secara kontinu, baik menggunakan kawat inti-fluks atau kawat elektrode
telanjang (bare electrode wire) dengan pelindung gas yang ditambahkan dari
luar. Proses pengelasan ini terutama digunakan dalam las tumpu vertikal,
seperti ditunjukkan dalam gambar 13.5. Kedua bagian logam yang akan disambung
dijepit dengan sepatu cetak yang didinginkan dengan air agar dapat menahan panas
logam cair. Sepatu cetak, bersama-sama dengan kedua ujung logam yang akan
dilas, membentuk rongga cetak. Kawat elektrode dalam proses pengelasan ini
biasanya diumpankan secara automatis. Busur terjadi antara elektrode dan logam
dasar sehingga logam cair yang dihasilkan akan mengisi rongga cetak secara
bertahap. Pada saat logam las-an membeku sepatu cetak secara automatis bergerak
ke atas
e) Pengelasan
busur rendam
Pengelasan busur rendam adalah proses pengelasan busur
yang menggunakan elektrode kawat telanjang yang diumpankan secara kontinu, dan
busur las ditutup dengan serbuk fluks.Kawat elektrode diumpankan secara automatis dari gulungan
ke busur. Fluks dituangkan melalui suatu tabung pengumpan di depan elektrode,
sehingga busur listrik yang timbul antara elektrode dengan logam dasar terendam
oleh serbuk fluks sepanjang alur las-an.
Panas yang ditimbulkan oleh busur mencairkan logam dan
serbuk fluks. Fluks cair akan mengapung di atas logam cair, membentuk selubung
yang dapat mencegah percikan dan terjadinya oksidasi. Setelah dingin, terak
membeku dan mudah dihilangkan, sedang serbuk yang tersisa diisap dengan sistem
vakum dan dapat dimanfaatkan kembali.
Keuntungan penggunaan pengelasan busur rendam adalah
karena serbuk fluks menutup seluruh operasi pengelasan, sehingga:
Ø Dapat
meghindarkan terjadinya percikan dan semburan nyala api, radiasi, dan hal-hal
berbahaya lainnya.
Ø
tidak perlu menggunakan kaca pengaman,
Ø
pendinginan berjalan dengan lambat,
sehingga kualitas sambungan las-an sangat baik, memiliki ketangguhan dan
keuletan yang tinggi.
Sifat-sifat yang merugikan adalah :
Ø Karena busur
tidak tampak, maka penentuan pengelasan yang salah dapat menggagalkan seluruh
hasil pengelasan,
Ø
pengelasan terbatas hanya pada posisi
horisontal.
Ø
Pengelasan busur rendam banyak
digunakan dalam fabrik untuk pengelasan ;
Ø
Bentuk-bentuk profil, seperti I-beam,
T-beam, dan sebagainya;
Ø
Kampuh memanjang dan melingkar dengan
diameter besar seperti pipa, tangki, dan tabung tekanan tinggi.
2)
Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan
Pengelasan
elektrode tak terumpan pada umumnya menggunakan elektrode wolfram yang dapat
menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair, dan sebagai logam pengisi
digunakan logam lain yang terpisah dari elektrode tersebut.
Terdapat
beberapa pengelasan busur elektrode tak terumpan, seperti antara lain :
Ø Pengelasan busur
tungsten gas (gas tungsten arc welding, GTAW),
Ø
pengelasan busur plasma (plasma arc
welding, PAW), dan
Ø
beberapa pengelasan busur yang lain.
a.
Pengelasan busur tungsten gas
Pengelasan
busur tungsten gas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode
tungsten dan gas mulia sebagai pelindung busur. Pengelasan ini juga dikenal
dengan nama pengelasan gas mulia tungsten (tungsten inert gas welding, TIG)
atau pengelasan gas mulia wolfram (wolfram inert gas welding, WIG).
Pengelasan busur tungsten gas dapat dilakukan dengan
logam pengisi maupun tanpa logam pengisi.Bila digunakan logam pengisi, harus
ditambahkan dari luar baik berupa kawat atau batangan, yang akan dilebur oleh
panas busur yang timbul antara elektrode dan logam dasar. Tetapi bila digunakan
untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang tidak diperlukan logam pengisi.
Tungsten dipilih sebagai elektrode karena memiliki titik lebur tinggi yaitu
3410OC. Sebagai gas pelindung biasanya digunakan argon, helium, atau gabungan
dari kedua unsur ini.
Pengelasan busur tungsten gas dapat digunakan hampir
untuk semua jenis logam dengan berbagai ketebalan, tetapi paling banyak
digunakan untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat
digunakan secara manual atau dengan mesin secara automatis.
Kelebihan dari pengelasan ini adalah :
Ø Kualitas las-an
sangat baik,
Ø
tidak ada percikan las-an, karena tidak
ada logam pengisi yang ditransfer melewati busur,
Ø
sedikit atau tidak ada terak karena
tidak digunakan fluks.
b.
Pengelasan busur plasma
Pengelasan
busur plasma merupakan bentuk khusus dari pengelasan busur tungsten gas dengan
mengarahkan busur plasma ke daerah las-an. Dalam gambar 13.7 terlihat bahwa
pemanasan gas dilakukan dengan mengkonsentrasikan busur melalui lubang halus
(nosel), dan melalui lubang tersebut dialirkan pula gas mulia (misalnya, argon
atau campuran argon-hidrogen). Dalam pengelasan ini juga digunakan gas
pelindung seperti argon, argon-hidrogen, dan helium.
Suhu plasma
sekitar 28.000OC atau lebih besar, cukup panas untuk mencairkan setiap logam
yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat terkonstrasinya daya sehingga
dihasilkan pancaran plasma dengan densitas energi yang sangat tinggi.
Karena memiliki konsentrasi energi sangat tinggi pada
daerah yang kecil, maka busur plasma sering digunakan untuk proses pemotongan
logam dengan ketebalan mencapai 100 mm atau lebih.
2.
Pengelasan Busur yang Lain
Pengelasan
busur yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses pengelasan yang
memiliki nilai komersial sangat tinggi. Beberapa pengelasan busur yang lain,
akan dibahas disini karena memiliki prinsip kerja yang khusus, yaitu :
Ø Pengelasan busur
karbon (carbon arc welding, CAW), dan
Ø
pengelasan lantak (stud welding, SW).
Pengelasan
busur karbon, adalah proses pengelasan busur elektrode tak terumpan yang
pertama kali dikembangkan. Proses busur karbon digunakan sebagai sumber panas
pembrasingan dan untuk mengendapkan bahan tahan aus di atas permukaan logam
yang lain. Saat ini elektrode karbon telah digantikan dengan tungsten.
Pengelasan lantak, digunakan untuk mengelas ujung logam
pada bidang datar. Alatnya berbentuk pistol, memegang ujung batang logam yang
akan dilas. Bila picu ditekan, ujung logam terangkat untuk membentuk busur
kemudian ditekan kembali kecairan logam.Operasi menggunakan pengatur waktu
sesuai dengan ukuran logam yang akan dilas. Busur dilindungi oleh tabung
keramik, yang sekaligus menahan logam cair dan melindungi operator.
3.
Pengelasan
Resistansi Listrik
Pada pengelasan ini, permukaan lembaran logam yang akan
disambung ditekan satu sama lain dan arus yang cukup besar kemudian dialirkan
melalui logam sehingga menimbulkan panas pada sambungan. Panas tertinggi muncul
di daerah yang memiliki resistansi listrik tertinggi, yaitu pada permukaan
kontak ke dua lembaran logam. Komponen-komponen utama dalam pengelasan
resistansi listrik ditunjukkan dalam gambar 13.9 untuk operasi pengelasan
titik. Komponen–komponen tersebut termasuk benda kerja yang akan dilas
(biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang saling berhadapan, dan
sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi tersebut dalam daerah
lebur antara dua bagian benda kerja, dalam pengelasan titik disebut manik las
(weld nugget).
Dalam pengelasan ini tidak digunakan gas pelindung,
fluks, atau logam pengisi, dan elektrode yang menghubungkan daya listrik
merupakan elektrode tak terumpan. Pengelasan risistansi listrik
diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur karena panas yang timbul melebur
permukaan kontak ke dua lembaran logam tersebut. Namun demikian, terdapat
pengecualian, beberapa pengelasan resistansi listrik menggunakan suhu di bawah
titik lebur logam yang disambung, jadi tidak terjadi proses peleburan.
Sumber panas pada pengelasan resistansi listrik
Energi panas yang diberikan pada operasi pengelasan
tergantung pada aliran arus listrik, resistansi rangkaian, dan panjang waktu
arus dialirkan, seperti rumus berikut ini.
H = I2 R t
dimana :H = panas yang dihasilkan, W-sec. atau J (1 J=
1/1055 Btu);
I = arus listrik, A;
R = resistansi
listrik, (;
t = waktu, detik (sec.)
Arus yang digunakan dalam pengelasan resistansi listrik
ini sangat besar (umumnya, 5000 sampai dengan 20.000 A), tetapi tegangan
relatif rendah (biasanya di bawah 10 V). Panjang waktu arus dialirkan pada
umumnya sangat singkat, untuk pengelasan titik sekitar 0,1 sampai dengan 0,4
detik.
Alasan mengapa diperlukan arus sangat besar, adalah :
Bilangan kuadrat
dalam rumus di atas menyatakan bahwa arus mempunyai pengaruh yang besar
terhadap besarnya panas yang dihasilkan, resistansi listrik dalam rangkaian sangat rendah (sekitar
0,0001 ().
Resistansi listrik dalam rangkaian merupakan penjumlahan
antara :
Ø Resistansi pada
kedua elektrode,
Ø
Resistansi pada kedua lembaran benda
kerja,
Ø
Resitansi permukaan kontak antara
elektrode dan benda kerja,
Ø
Resitansi permukaan kontak antara benda
kerja dengan benda kerja yang lain.
Kondisi yang ideal bila resistansi terbesar dihasilkan
oleh permukaan kontak ke dua benda kerja, sehingga panas tertinggi
dihasilkan pada lokasi ini, sesuai dengan yang diharapkan. Resistansi pada
permukaan kontak ini tergantung pada penyelesaian permukaan, kebersihan (tidak
ada cat, minyak, dan pengotoran yang lain), daerah kontak, dan tekanan.
Keberhasilan dalam pengelasan resistansi listrik
tergantung pada tekanan dan panas. Fungsi tekanan yang utama dalam pengelasan
ini adalah :
Ø Menekan
elektrode ke permukaan benda kerja, dan permukaan benda kerja dengan benda
kerja yang lain agar terjadi kontak, sehingga dapat dialiri arus listrik;
Ø
Menekan
permukaan kontak menjadi satu agar diperoleh sambungan bila suhu pengelasan
telah dicapai.
Kelebihan pengelasan resistansi listrik adalah :
Ø Tidak
menggunakan logam pengisi,
Ø
Kecepatan produksi tinggi,
Ø
Tidak diperlukan operator dengan
ketrampilan tinggi, karena mesin dijalankan secara automatis,
Ø
Memiliki kemampuan ulang
(repeatability) dan keandalan yang baik.
Ø
Sedang kelemahan dari pengelasan
resistansi listrik ini, adalah :
Ø
Biaya investasi tinggi, karena harga
peralatan mahal,
Ø
Hanya dapat mengerjakan sambungan
tumpang (lap joint),
a.
Proses Pengelasan Resistansi Listrik
Terdapat
beberapa proses pengelasan resistansi listrik yang sering digunakan dalam
industri, yaitu :
Ø Pengelasan titik
resistansi listrik (resistance spot welding, RSW),
Ø Pengelasan kampuh resistansi listrik
(resistance seam welding, RSEW),
Ø Pengelasan proyeksi resistansi
listrik (resistance projection welding, RPW),
Ø Pengelasan resistansi listrik yang
lain.
Pengelasan titik resistansi listrik; merupakan pengelasan
resistansi listrik yang paling banyak digunakan, seperti dalam produksi massal
automobil, alat-alat rumah tangga, furnitur logam, dan produk-produk lain yang
terbuat dari lembaran logam.
Pada proses pengelasan ini peleburan bidang kontak pada
lembaran logam sambungan tumpang dicapai dengan menggunakan elektrode yang
saling berhadapan. Ketebalan lembaran logam yang disambung sekitar 0,125 in.
(3mm) atau kurang, biasanya dilakukan pada sederetan las-an titik, dalam
kondisi sambungan las-an tidak kedap udara. Ukuran dan bentuk las-an titik
ditentukan oleh ujung elektrode, pada umumnya berbentuk bulatan; tetapi
kadang-kadang berbentuk yang lain seperti segi enam, segi empat, dan
bentuk-bentuk yang lain. Manik las-an yang dihasilkan pada umumnya memiliki
diameter 0,2 sampai dengan 0,4 in. (5 sampai dengan 10 mm), dan HAZ berada
disekelilingnya.
elektrode
ditutup dan gaya tekan diberikan; arus listrik dialirkan (disebut waktu las); arus listrik
diputus, tekanan tetap atau ditambah (arus yang kecil kadang-kadang digunakan sesaat
menjelang akhir tahapan ini, untuk menghilangkan tegangan sisa dari daerah
las-an);
elektrode
dibuka, dan benda kerja yang telah dilas dipindahkan.
Material elektrode yang biasa digunakan terdiri dari dua
kelompok, yaitu :
paduan tembaga,
dan komposisi logam
tahan api seperti kombinasi tembaga dan tungsten.
Kelompok yang kedua memiliki sifat tahan aus yang tinggi,
sehingga banyak digunakan dalam proses manufaktur. Perkakas akan selalu
mengalami keausan secara bertahap bila digunakan berulang-ulang. Dalam praktek,
elektrode didesain dengan saluran air pendingin.
Karena penggunaan dari pengelasan titik semakin meluas,
maka berbagai mesin dan metode telah dikembangkan untuk melakukan operasi
pengelasan titik, termasuk :
Ø Mesin
pengelasan titik lengan-pemutus (rocker-arm spot welding machine),
Ø
Mesin pengelasan titik jenis tekan
(press type spot welding machine), dan
Ø
Pistol pengelasan titik mampu jinjing
(portable spot welding guns).
Pengelas titik lengan-pemutus, seperti ditunjukkan dalam
gambar 13.11, memiliki elektrode bawah stasioner dan elektrode atas dapat
digerakkan ke atas dan ke bawah untuk pembebanan dan pelepasan benda kerja.
Elektrode atas dihubungkan dengan lengan-pemutus yang gerakannya dapat
dikendalikan dengan mengoperasikan pedal kaki. Mesin yang modern dapat
diprogram untuk mengendalikan gaya dan arus listrik selama siklus kerja.
Pengelas titik ini merupakan jenis pengelas titik stasioner, dimana benda kerja
dibawa ke mesin.
Pengelas titik jenis tekan, digunakan untuk benda kerja
yang besar. Elektrode atas memiliki gerakan garis lurus yang disiapkan untuk
penekanan vertikal, dengan daya pneumatik atau hidraulik. Tekanan yang
digunakan lebih besar dan biasanya diprogam untuk siklus kerja yang lebih
kompleks. Sama seperti pengelas titik lengan-pemutus, pada pengelas titik jenis
tekan, mesin juga diletakkan stasioner sedang benda kerja dibawa ke mesin.
Pistol pengelasan titik mampu jinjing, merupakan mesin
pengelas titik dengan pistol pengelas yang dapat dijinjing; digunakan untuk
pengelasan benda kerja besar yang sulit dipindahkan. Peralatan pistol terdiri
dari elektrode saling berhadapan yang memiliki mekanisme penjepit. Setiap unit
memiliki bobot yang ringan sehingga dapat dioperasikan dengan tenaga manusia
atau robot industri. Pistol dihubungkan dengan sumber daya menggunakan kabel
listrik fleksibel (untuk mengalirkan arus listrik) dan selang udara (untuk
gerakan penjepit pneumatik). Air pendingin untuk elektrode, bila diperlukan,
dapat juga disiapkan melalui selang air. Pistol pengelasan titik mampu jinjing
banyak digunakan dalam perakitan akhir automobil untuk mengelas lembaran logam
bodi mobil.
b.
Pengelasan kampuh resistansi listrik
Dalam
pengelasan kampuh resistansi listrik ini digunakan elektrode roda yang dapat
diputar, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.12, dan serangkaian las-an titik
yang tumpang-tindih dibuat sepanjang sambungan tumpang. Proses pengelasan ini
dapat menghasilkan las-an kedap udara, sehingga banyak digunakan dalam
pembuatan tangki gasolin, peredam suara automobil, dan berbagai macam fabrikasi
kontainer dari bahan logam lembaran. Secara teknik pengelasan kampuh ini sama
seperti pengelasan titik, hanya disini elektrode roda biasanya diopersaikan secara
kontinu, sehingga menghasilkan kampuh las-an lurus atau garis kurve seragam.
Sudut yang tajam sulit dikerjakan dengan menggunakan metode ini.
Jarak antara manik las-an dalam pengelasan kampuh
resistansi listrik ini tergantung pada gerakan roda elektrode relatif terhadap
aplikasi arus las. Operasi yang biasa digunakan, disebut pengelasan gerakan
kontinu (continuous motion welding), roda berputar secara kontinu pada
kecepatan yang konstan, dan arus listrik diberikan pada interval waktu tertentu
sesuai dengan jarak titik las-an yang diinginkan.
Frekuensi
pelepasan arus biasanya diatur dengan interval sedemikianrupa sehingga
dihasilkan manik las-an tumpang-tindih. Tetapi bila interval pelepasan arus
listrik dikurangi, maka akan diperoleh manik las-an dengan jarak tertentu,
metode ini disebut pengelasan titik rol (roll spot welding). Variasi yang lain,
arus las dialirkan secara konstan (tidak berbentuk pulsa) sehingga dihasilkan
kampuh yang benar-benar kontinu.
Pendinginan benda kerja dan roda dilakukan dengan
mengalirkan air pendingin pada sisi atas dan bawah permukaan benda kerja dekat
roda elektrode.
c. Pengelasan proyeksi resistansi listrik
Pengelasan proyeksi resistansi listrik hampir sama dengan
pengelasan titik resistansi listrik.
Lembaran logam yang akan dilas, dipres dahulu dengan
mesin pons, sehingga terjadi sembulan (proyeksi) dari dalam logam. Diameter
permukaan proyeksi sama dengan tebal lembaran, sedang tinggi proyeksi lebih
kurang 60 % dari tebal lembaran tadi. Proyeksi tersebut merupakan titik-titik
dimana akan dilakukan sambungan las, sehingga cara ini dapat dihasilkan
beberapa sambungan las sekaligus.
Keunggulan pengelasan proyeksi dibandingkan dengan
pengelasan titik adalah :
Ø Penampilan
lebih baik,
Ø
Umur elektrode lebih panjang karena digunakan
permukaan rata,
Ø
Pemeliharaan elektrode lebih mudah,
Ø
Pembuatan titik-titik proyeksi
diperlukan biaya, tetapi dengan menghemat biaya pengelasan, maka secara
keseluruhan biaya menjadi lebih murah.
Penyambungan kawat melintang seperti misalnya kawat
pagar, kereta belanja, dan pemanggangan. Dalam proses ini permukaan kontak yang
berbentuk bulatan berfungsi sebagai proyeksi, dimana terjadi panas resistansi
untuk pengelasan.
Operasi
pengelasan yang lain
Beberapa pengelasan yang lain, yang menggunakan prinsip
pengelasan resistansi listrik adalah :
Ø Pengelasan nyala
(flash welding, FW),
Ø
Pengelasan upset (upset welding, UW),
Ø
Pengelasan perkusi (percussion welding,
PEW), dan
Ø
Pengelasan resistansi frekuensi tinggi
(high-frequency resintance welding, HFRW).
Pengelasan nyala, umumnya digunakan untuk sambungan tumpu
(butt joints).Benda kerja
dijepit dalam mesin dan bagian-bagian yang akan disambung disatukan dengan
tekanan serendah mungkin, sehingga masih terdapat celah diantara kedua
permukaan kontak. Dengan menggunakan tegangan listrik yang tinggi akan
menimbulkan loncatan nyala api diantara kedua permukaan kontak tersebut,
sehingga suhu naik mencapai suhu tempa. Karena panas yang dihasilkan akibat
adanya nyala api, kadang-kadang pengelasan ini juga digolongkan sebagai
pengelasan busur.
Sejalan dengan naiknya suhu pada permukaan kontak,
tekanan perlahan-lahan ditingkatkan hingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan
yang digunakan berkisar antara 35 hingga 170 MPa. Sirip tipis yang terbentuk di
sekeliling sambungan biasanya dihilangkan dengan proses pemesinan.
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala,
hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga
diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam opearasi
pengelasan ini, benda kerja dijepit dalam mesin dan ditekan, kemudian dialirkan
arus listrik, sehingga terjadi pemanasan akibat adanya resistansi listrik. Laju
pemanasan tergantung pada tekanan, jenis bahan, dan keadaan permukaan. Karena
resistansi listrik berbanding terbalik dengan tekanan, maka tekanan mula
biasanya rendah kemudian ditingkatkan (upseting force) sehingga terbentuk
sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 15 hingga 55 MPa. Cara
pengelasan ini banyak digunakan untuk batang, pipa, struktur yang kecil, dan
benda-benda lain dengan penampang yang sama.
Pengelasan perkusi, juga hampir sama dengan pengelasan
nyala, hanya saja durasi siklus pengelasan sangat pendek, umumnya hanya sekitar
1 hingga 10 mdetik. Pemanasan yang cepat dihasilkan dengan pelepasan energi
listrik secara mendadak antara kedua permukaan, kemudian segera diikuti dengan
proses perkusi (tumbukan) satu bagian terhadap bagian yang lain sehingga
terbentuk sambungan las-an.
Pengelasan resistansi frekuensi tinggi, merupakan proses
pengelasan resistansi listrik yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi
tinggi untuk menghasilkan panas, kemudian segera diikuti dengan memberikan gaya
tekan tambahan (upset force), sehingga terjadi proses penyambungan.
Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500
kHz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan
las-an dengan cepat. Variasi dari proses ini, disebut pengelasan induksi
frekuensi tinggi (high-frequency induction welding, HFIW), arus pemanasan
diinduksikan ke benda kerja dengan menggunakan kumparan induksi frekuensi
tinggi, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.17b. Kumparan tidak bersentuhan
dengan benda kerja. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi dan pengelasan
induksi frekuensi tinggi adalah pengelasan tumpu kontinu yang digunakan dalam
penyambungan pipa atau tabung dengan kampuh yang memanjang.
4.
Pengelasan Gas
Dalam proses
pengelasan gas, panas diperoleh dari hasil pembakaran gas dengan oksigen
sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam dasar
dan logam pengisi. Pengelasan gas juga sering digunakan untuk proses pemotongan
logam.
Gas yang lazim
digunakan adalah gas alam, asetilen, dan hidrogen. Di antara ketiga gas ini
yang paling sering dipakai adalah gas asetilen, sehingga pengelasan gas pada
umumnya diartikan sebagai pengelasan oksi-asetilen (oxyasetylene welding,
OAW).
1.
Pengelasan oksi-asetilen
Pengelasan oksi-asetilen merupakan proses pengelasan
lebur dengan menggunakan nyala api temperatur tinggi yang diperoleh dari hasil
pembakaran gas asetilen dengan oksigen. Nyala api diarahkan oleh ujung
pembakar (welding torch tip). Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa
logam pengisi, dan tekanan kadang-kadang digunakan untuk menyatukan kedua
permukaan benda kerja yang akan disambung.
Bila digunakan logam pengisi, maka komposisi logam
pengisi harus sama dengan komposisi logam dasar. Logam pengisi sering dilapisi
dengan fluks, untuk membantu membersihkan permukaan dan melindungi las-an agar
tidak terjadi oksidasi.
Nyala api dalam pengelasan oksi-asetilen dihasilkan oleh
reaksi kimia asetilen (C2H2) dan oksigen (O2) dalam dua tahapan.
Tahapan pertama ditentukan oleh reaksi :
C2H2 +
O2 2CO
+ H2 + panas
Hasil reaksi tersebut mudah terbakar, sehingga menyebabkan
reaksi yang tahapan kedua :
2CO + H2 +
1,5O2
2CO2 + H2O + panas
Dua tahapan pembakaran dapat dilihat dalam emisi nyala
api oksi-asetilen yang keluar dari ujung pembakar. Bila campuran oksigen dan
asetilen 1 : 1, seperti yang dijelaskan pada formula reaksi kimia di atas,
nyala api yang dihasilkan dikenal sebagai nyala netral.
Reaksi kimia tahap pertama terlihat sebagai kerucut dalam
nyala api (berwarna putih bersinar), sedang reaksi tahap kedua terlihat sebagai
kerucut luar yang membungkus kerucut dalam (hampir tanpa warna tetapi sedikit
warna antara biru dan jingga). Suhu tertinggi dicapai pada nyala api ujung
kerucut dalam, dan suhu tahap kedua suhunya di bawah ujung dalam tersebut.
Selama pengelasan berlangsung, kerucut luar menyebar dan menutup permukaan
benda kerja yang akan disambung, dan melindungi las-an dari pengaruh atmosfer
sekelilingnya.
Panas total yang dilepaskan selama dua tahapan pembakaran
asetilen adalah 1470 Btu/ft3 (55 x 106 J/m3). Tetapi karena suhu yang
terdistribusi dalam nyala api, maka nyala api akan menyebar di atas permukaan
benda kerja, dan hilang di udara, densitas daya dan efisiensi dalam pengelasan
oksi-asetilen relatif rendah : f1 = 0,10 hingga 0,30
B.
Pengelasan
padat
Dalam proses pengelasan padat tidak digunakan logam
pengisi, dan penyambungan dapat dicapai dengan : tekanan saja,
ataupanas dan tekanan.Bila digunakan panas dan tekanan, jumlah panas yang
diberikan dari luar pada umumnya tidak cukup untuk melebur permukaan
bendakerja. Tetapi dalam beberapa kasus baik bila digunakan panas dan tekanan
atau tekanan saja, bila energi yang dihasilkan cukup besar, maka dapat terjadi
peleburan yang terlokalisir hanya pada permukaan kontak.
Jadi dalam pengelasan padat, ikatan metalurgi diperoleh
dengan sedikit atau tanpa peleburan logam dasar.
Syarat-syarat agar terjadi ikatan
metalurgi yang baik :
Ø Kedua permukaan
kontak harus sangat bersih,
Ø
kedua permukaan kontak satu sama lain
harus saling menempel sangat rapat agar dapat terjadi ikatan atom.
Ø
Untuk beberapa proses pengelasan padat,
waktu juga merupakan faktor penting.
Keuntungan pengelasan padat dibandingkan
pengelasan lebur :
· Bila tidak
terjadi peleburan, maka tidak terbentuk daerah pengaruh panas (HAZ), dengan
demikian logam disekeliling sambungan masih memiliki sifat-sifat aslinya;
·
kebanyakan proses ini menghasilkan
sambungan las yang meliputi seluruh permukaan kontak, tidak seperti pada
operasi pengelasan lebur dimana sambungan berupa titik atau kampuh las;
·
beberapa proses pengelasan padat dapat
digunakan untuk menyambung logam yang tidak sama, tanpa memperhatikan ekspansi
termal relatif, konduktivitas, dan permasalahan lain yang biasanya terjadi pada
pengelasan lebur bila digunakan menyambung logam yang tidak sejenis.
Yang termasuk kelompok pengelasan padat
antara lain :
1. Pengelasan tempa
(forge welding)
Pengelasan tempa merupakan teknik penyambungan logam yang
paling tua. Komponen logam yang akan disambung dipanaskan hingga temperatur
kerja kemudian bersama-sama ditempa dengan palu atau peralatan lainnya hingga
tersambung menjadi satu.
2. Pengelasan
dingin (cold welding, CW)
Adalah proses
penyambungan logam pada temperatur ruang di bawah pengaruh tekanan. Akibat
tekanan, permukaan benda kerja mengalami aliran dan menghasilkan sambungan las.
Suatu contoh, kawat dan batang dijepit dalam jepitan khusus kemudian ditekan
dengan tekanan yang cukup besar sehingga terjadi aliran plastik pada ujung
sambungan. Sebelum penyambungan permukaan dibersihkan terlebih dahulu dengan
sikat sehingga terbebas dari lapisan oksida. Beban tekan dapat dilakukan dengan
perlahan-lahan atau dengan tumbukan (impak). Pengelasan dingin ini umumnya
diterapkan pada aluminium dan tembaga, tetapi kadang-kadang juga diterapkan
untuk penyambungan nikel, seng, dan monel.
3. Pengelasan rol
(roll welding, COW)
Termasuk proses
pengelasan padat dimana proses penekanannya menggunakan peralatan rol, baik
dengan pemanasan dari luar atau tidak.Bila tanpa menggunakan panas dari luar, prosesnya disebut
pengelasan rol dingin, sedang bila menggunakan panas dari luar prosesnya
disebut pengelasan rol panas. Pengelasan rol biasa digunakan untuk melapisi
baja karbon atau baja paduan dengan baja tahan karat agar memiliki ketahanan
terhadap korosi, atau untuk membuat dwimetal yang digunakan untuk pengukuran
temperatur.
4. Pengelasan ledak
(explosion welding, EXW)
Merupakan proses
pengelasan padat dimana dua permukaan logam dijadikan satu di bawah pengaruh
impak dan tekanan. Tekanan tinggi berasal dari ledakan yang ditempatkan dekat
logam.Kadang-kadang
bahan pelindung seperti karet, menylubungi panel atas untuk menjcegah kerusakan
permukaan. Keseluruhan ditempatkan di atas landasan yang dapat menyerap energi
yang terjadi sewaktu operasi penyambungan.
5. Pengelasan gesek
(friction welding, FRW)
Penyambungan terjadi oleh panas gesek akibat perputaran
logam satu terhadap lainnya di bawah pengaruh tekanan aksial. Kedua permukaan
yang bersinggungan menjadi panas mendekati titik cair dan bahan yang berdekatan
dengan permukaan menjadi plastis.Tahapan proses adalah sebagai berikut :
·
Salah satu poros diputar tanpa
bersentuhan dengan poros yang lain, dengan memutar pemegang (rotating chuck),
·
Kedua poros satu sama lain
disentuhkan sehingga timbul panas akibat gesekan,
·
Putaran dihentikan, poros diberi gaya
tekan aksial, dan
·
Sambungan las terbentuk.kerugian dari
proses ini terletak pada keterbatasan bentuk yang dapat dilas, sedang
keuntungannya adalah peralatan yang digunakan sangat sederhana, proses berjalan
sangat cepat, persiapan benda kerja sebelum pengelasan minim, dan hemat energi.
Selain itu logam tak sejenis dapat disambung pula dan siklus pengelasan dapat
diprogramkan dengan mudah. Las gesek banyak digunakan untuk penyambungan
plastik.
6.
Pengelasan
ultrasonik (ultrasonic welding, USW)
Adalah proses penyambungan pelat untuk logam yang sejenis
maupun tak sejenis, umumnya dengan
membentuk sambungan tindih.
Energi getaran berfrekuensi tinggi mengenai daerah las
dalam bidang sejajar dengan permukaan sambungan las. Gaya yang ada menimbulkan
tegangan geser osilasi pada permukaan las, tegangan tersebut merusak dan
mengelupas lapisan oksida. Slip permukaan ini menghasilkan kontak logam dengan
logam, terjadi pencampuran logam dan terbentuklah manik las yang baik. Dalam
proses ini tidak diperlukan pemanasan dari luar. Proses pengelasan ultrasonik
hanya dapat diterapkan pada logam dengan ketebalan maksimal 3 mm, sedang
ketebalan minimum tidak ada. Pada sambungan las terjadi deformasi plastik
setempat pada batas permukaan dan kekuatannya lebih baik dibandingkan proses
penyambungan lainnya.